28 Agustus 2011

Ibu Penjual Kacang



Malam itu sudah pukul 11.
Taman Bungkul Surabaya masih sangat ramai dengan tawa anak-anak muda ibukota yang membentuk kelompok-kelompok.
Handphone di tangan,
memeluk pacar masing-masing,
atau sekedar ngobrol dan menceritakan hal lucu.
Tertawa bersama sambil menikmati malam sungguh mengasyikkan.

Tidak jauh dari anak-anak itu ada seorang ibu yang sudah berumur.
Setiap hari ia berjualan kacang hingga jauh malam.
Snack aneh bagi anak-anak muda itu.
Mereka lebih memilih kopi sachet dan snack bungkusan.

Ibu ini hanyalah sebuah obyek pelengkap malam.
Keberadaannya tidak diperhatikan,
tidak membuat orang menoleh atau berbelas kasihan.
Ia hanya penjual kacang,
miskin, bodoh dan terlupakan.

Padahal,
ia sama seperti kita semua.
Punya emosi, keinginan dan kerinduan.
Ia punya cerita hidup sendiri dan alasan tersendiri,
mengapa hingga berusia tua ia masih harus berjualan kacang hingga jauh malam.

apakah kita pernah memikirkan sejauh itu bila melihat para "obyek pelengkap" kehidupan seperti ibu ini ?
Pemungut sampah, penyapu jalan, penjual koran di lampu merah, pengemis di jalanan dan masih banyak yang lainnya...

Hati manusia mulai tumpul karena tipu daya kekayaan dan kekuasaan,
bagaimana mengasahnya kembali ?

Jika melihat mereka yang kurang beruntung,
berhentilah sejenak untuk mencoba merasakan apa yang mereka alami,
kemanusiaan mereka dan kelelahan mereka..

itu akan memertahankan diri kita untuk tetap "human"